Minggu, 12 Oktober 2008

PEMILU 2009 RAWAN KONFLIK

Belum lagi pemilu berlangsung, konflik internal partai sudah terjadi dalam penyusunan nomor urut. Tak terkecuali partai besar dan kecil mengalami hal yang sama. Ketika politik dijadikan alat dan hasrat dan ambisi yang berlebihan dalam menuju tampuk kekuasaan, maka potensi konflik amat sangat besar.

Aturan main yang tidak jelas antara UU dengan realitas yang berkembang pada sebagian besar parpol adalah sumber konflik yang bakal terjadi. Karena UU mensyaratkan pada nomor urut sementara partai menerapkan pada suara terbanyak, disini saja sudah terjadi perbedaan yang nyata.

Ketika seorang caleg dengan perolehan suara terbanyak yang seharusnya dimenangkan sesuai dengan komitmen awal, sementara parpol menentukan pemenangnya bukan atas dasar itu karena banyak kepentingan dan politisasi, maka disanalah sumber konflik ini terjadi. Dan karena tidak rela dikalahkan, sang calon pun mengerahkan pendukungnya untuk memperjuangkan jerih payahnya selama ini. Apa yang terjadi..... peristiwa perang antar pendukung sebagaimana peristiwa keributan Pilkada. Bayangkan 43 partai dengan sejumlah caleg tersebar di Indonesia, terjadi konflik...... ngeriiiiiiiiiiii.

Para politikus di DPR memang tidak pernah mau belajar dari pengalaman! Bukankah sistem pemerintahan di Indonesia ini merupakan sistem yang sudah sesuai dengan alam bumi negeri seribu pulau? Dan khas Indonesia!

Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan?
Artinya keterwakilan rakyat dalam menyampaikan aspirasinya disuarakan oleh anggota dewan yang duduk di kursi empuk itu. Tapi apa ya... begitu? Sebagai rakyat saya tidak merasa diwakili. Karena saya merasa hidup ini semakin susah saja, sekolah mahaaaaal, makan susaaah, transportasi maceeet dan tidak nyamaaaan! Pejabatnya koruuuup. Wakil DPR yang katanya wakil rakyat ternyata wakil partai.

Pemilu tetapkan saja hanya lima partai sajalah biar konflik di negeri ini tidak semakin meluas, karena terlalu banyak pesta demokrasi, sementara rakyatnya belum siap, karena terus dibodohi oleh politikus-politikus karbitan, apalagi dari PDI-P yang bantengnya aja udah mabuk, mata merah mulut berbusa. Calegnya banyak yang pensiunan preman yang mengandalkan otot bukan otak!

2 komentar:

eliya mengatakan...

Bener banget Tuh Pak,
kalau dilihat dari undang-undang yang banyak dihasilkan oleh politisi DPR selama ini, lebih banyak mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompoknya saja. itu terbukti dengan banyaknya undang-undang yang dianulir oleh Makamah konstitusi.

Oleh karena itu, DPR memerlukan darah baru, kader-kader baru dari partai-partai yang selama ini dihambat perkembangannya melalui undang-undang yang tidak mencerminkan kedaulatan rakyat.

Mari kita bersatu untuk merubah hal itu.

mari berjuang.

Salam

Catatan Sepanjang Hayat mengatakan...

Caranya mudah mba eliya, pada pemilu 2009 nanti jangan pilih caleg yang hanya diam dan menganggap kursi dewan itu mesin duit. JANGAN PILIH LAGI ANGGOTA DEWAN YANG BERCOKOL!